B. Landasan Bimbingan dan Konseling
Membicarakan tentang landasan dalam bimbingan dan konseling pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan landasan-landasan yang biasa diterapkan dalam pendidikan, seperti landasan dalam pengembangan kurikulum, landasan pendidikan non formal atau pun landasan pendidikan secara umum.
Landasan dalam bimbingan dan konseling pada hakekatnya merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fundasi yang kuat dan tahan lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fundasi yang kokoh, maka bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula, dengan layanan bimbingan dan konseling, apabila tidak didasari oleh fundasi atau landasan yang kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan bimbingan dan konseling itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu yang dilayaninya (klien). Secara teoritik, berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat empat aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi. Selanjutnya, di bawah ini akan dideskripsikan dari masing-masing landasan bimbingan dan konseling tersebut :
A. LANDASAN
FILOSOFIS
1)
Makna dan Fungsi Prinsip-prinsip Filosofis Bimbingan Konseling
Kata filosofis atau filsafat berasal
dari bahasa Yunani:
Philos berarti cinta dan sophos berarti bijaksana, jadi filosofis berarti
kecintaan terhadap kebijaksanaan. Sikun pribadi mengartikan filsafat sebagai suatu “usaha manusia
untuk memperoleh pandangan atau konsepsi tentang segala yang ada, dan apa makna
hidup manusia dialam semesta ini”.
Filsafat mempunyai fungsi dalam
kehidupan manusia, yaitu bahwa :
1)
Setiap manusia harus mengambil keputusan atau tindakan,
2)
Keputusan yang diambil adalah keputusan diri sendiri
3)
Dengan berfilsafat dapat mengurangi salah paham dan konflik, dan
4) Untuk
menghadapi banyak kesimpangsiuran dan dunia yang selalu berubah.
Dengan berfilsafat seseorang akan
memperoleh wawasan atau cakrawala pemikiran yang luas sehingga dapat mengambil
keputusan yang tepat John J. Pietrofesa et. al. (1980) mengemukakan pendapat
James Cribin tentang prinsip-prinsip filosofis dalam bimbingan sebagai berikut:
- Bimbingan hendaknya didasarkan kepada pengakuan akan kemuliaan dan harga diri individu dan hak-haknya untuk mendapat bantuannya.
- Bimbingan merupakan proses yang berkeseimbangan
- Bimbingan harus Respek terhadap hak-hak klien
- Bimbingan bukan prerogatif kelompok khusus profesi kesehatan mental
- Fokus bimbingan adalah membantu individu dalam merealisasikan potensi dirinya
- Bimbingan merupakan bagian dari pendidikan yang bersifat individualisasi dan sosialisasi
2)
Hakikat Manusia
- B.F Skinner dan Watsan (Gerold Corey, Terjemahan E. Koeswara, 1988). Mengemukakan tentang hakekat manusia:
-
Manusia dipandang memiliki kecenderungan-kecenderungan positif dan negatif yang
sama
-
Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budaya
-
Segenap tingkah laku manusia itu dipelajari
-
Manusia tidak memiliki kemampuan untuk membentuk nasibnya sendiri
- Virginia Satir (Dalam Thompson dan Rodolph, 1983). Memandang bahwa manusia pada hakekatnya positif, Satir berkesimpulan bahwa pada setiap saat, dalam suasana apapun juga, manusia dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu. Upaya-upaya bimbingan dan konseling perlu didasarkan pada pemahaman tentang hakekat manusia agar upaya-upaya tersebut dapat lebih efektif.
3)
Tugas dan Tujuan Kehidupan
Witner dan Sweeney (dalam Prayitno
dan Erman Anti, 2002) mengemukakan bahwa ciri-ciri hidup sehat ditandai dengan
5 kategori, yaitu:
-
Spiritualitas ~ agama sebagai sumber inti dari hidup sehat.
-
Pengaturan diri ~ seseorang yang mengamalkan hidup sehat pada dirinya terdapat
ciri-ciri 1. rasa diri berguna, 2. pengendalian diri, 3.pandangan realistik, 4.
spontanitas dan kepekaan emosional, 5. kemampuan rekayasa intelektual, 6.
pemecahan masalah, 7. kreatif, 8. kemampuan berhumor dan, 9. kebugaran jasmani
dan kebiasaan hidup sehat.
-
Bekerja ~ untuk memperoleh keuntungan ekonomis, psikologis dan sosial
-
Persahabatan ~ persahabatan memberikan 3 keutamaan dalam hidup yaitu 1.
dukungan emosional 2. dukungan material 3. dukungan informasi .
-
Cinta ~ penelitian flanagan 1978 (dalam Prayitno dan Erman Anti, 2006)
menemukan bahwa pasangan hidup suami istri, anak dan teman merupakan tiga pilar
utama bagi keseluruhan pencipta kebahagiaan manusia.
Paparan tentang hakikat, tujuan dan
tugas kehidupan manusia diatas mempunyai implikasi kepada layanan bimbingan dan
konseling.
B. LANDASAN
HISTORIS
- Sekilas tentang sejarah bimbingan dan konseling
Secara umum, konsep bimbingan dan
konseling telah lama dikenal manusia melalui sejarah. Sejarah tentang
pengembangan potensi individu dapat ditelusuri dari masyarakat yunani kono.
Mereka menekankan upaya-upaya untuk mengembangkan dan menguatkan individu
melalui pendidikan. Plato dipandang sebagan koselor Yunani Kuno karena dia
telah menaruh perhatian besar terhadap masalah-masalah pemahaman psikologis
individu seperti menyangkut aspek isu-isu moral, pendidikan, hubungan dalam
masyarakat dan teologis.
- Perkembangan Layanan Bimbingan dan konseling di Amerika
Sampai awal abad ke-20 belum ada
konselor disekolah. Pada saat itu pekerjaan-pekerjaan konselor masih ditangani
oleh para guru.
Gerakan bimbingan disekolah mulai
berkembang sebagai dampak dari revolusi industri dan keragaman latar belakang
para siswa yang masuk kesekolah-sekolah negeri. Tahun 1898 Jesse B. Davis,
seorang konselor diDetroitmulai memberikan layanan konseling pendidikan dan
pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907 dia memasukkan program bimbingan di sekolah
tersebut.
Pada waktu yang sama para ahli yang
juga mengembangkan program bimbingan ini diantaranya; Eli Weaper, Frank Parson,
E.G Will Amson, Carlr.Rogers.
-
Eli Weaper pada tahun 1906 menerbitkan buku tentang “memilih suatu karir” dan
membentuk komite guru pembimbing disetiap sekolah menengah diNew York. Kamite
tersebut bergerak untuk membantu para pemuda dalam menemukan
kemampuan-kemampuan dan belajar tentang bimbingan menggunakan
kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadi seorang pekerja yang
produktif.
-
Frank Parson dikenal sebagai “Father of The Guedance Movement in American
Education”. Mendirikan biro pekerjaan tahun 1908 di Boston Massachussets,
yang bertujuan membantu pemuda dalam memilih karir uang didasarkan atas proses
seleksi secara ilmiyah dan melatih guru untuk memberikan pelayanan sebagai
koselor.
-
Bradley (John J.Pie Trafesa et. al., 1980) menambah satu tahapan dari tiga
tahapan tentang sejarah bimbingan menurut Stiller, yaitu sebagai berikut:
a)
Vocational exploration : Tahapan yang menekankan tentang analisis individual
dan pasaran kerja
b)
Metting Individual Needs : Tahapan yang menekankan membantu individu agar
meeting memperoleh kepuasan kebutuhan hidupnya. Perkembangan BK pada tahapan
ini dipengaruhi oleh diri dan memecahkan masalahnya sendiri.
c)
Transisional Professionalism : Tahapan yang memfokuskan perhatian kepada upaya
profesionalisasi konselor
d)
Situasional Diagnosis : Tahapan sebagai periode perubahan dan inovasi pada
tahapan ini memfokuskan pada analisis lingkungan dalam proses bimbingan dan
gerakan cara-cara yang hanya terpusat pada individu.
- Perkembangan Layanan Bimbingan dan konseling di Indonesia
Layanan BK di industriIndonesiatelah
mulai dibicarakan sejak tahun 1962. ditandai dengan adanya perubahan sistem
pendidikan di SMA yakni dengan adanya program penjurusan, program penjurusan
merupakan respon akan kebutuhan untuk menyalurkan siswa kejurusan yang tepat
bagi dirinya secara perorangan. Puncak dari usaha ini didirikan jurusan
Bimbingan dan penyuluhan di Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Negeri, salah satu
yang membuka jurusan tersebut adalah IKIP Bandung (sekrang berganti nama
Universitas PendidikanIndonesia).
Dengan adanya gagasan sekolah pembangunan
pada tahun 1970/1971, peranan bimbingan kembali mendapat perhatian. Gagasan
sekolah pembangunan ini dituangkan dalam program sekolah menengah pembangunan
persiapan, yang berupa proyek percobaan dan peralihan dari sistem persekolahan
Cuma menjadi sekolah pembangunan.
Sistem sekolah pembangunan tersebut
dilaksanakan melalui proyek pembaharuan pendidikan yang dinamai PPSP (Proyek
Perintis Sekolah Pembangunan) yang diujicobakan di 8 IKIP. Badan pengembangan
pendidikan berhasil menyusun 2 naskah penting yakni dengan pola dasar
rencana-rencana pembangunan program Bimbingan dan penyuluhan melalui
proyek-proyek perintis sekolah pembangunan dan pedoman operasional pelayanan
bimbingan pada PPSP.
Secara resmi BK di programkan
disekolah sejak diberlakukan kurikulum 1975, tahun 1975 berdiri ikatan petugas
bimbingan Indonesia (IPBI) di Malang.
Penyempurnaan kurikulum 1975 ke
kurikulum 1984 dengan memasukkan bimbingan karir di dalamnya. Selanjutnya UU
No. 0/1989 tentang Sisdiknas membuat mantap posisi bimbingan dan konseling yang
kian diperkuat dengan PP No. 20 Bab X Pasal 25/1990 dan PP No. 29 Bab X Pal
27/1990 yang menyatakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan
kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan
merencanakan masa depan.
Perkembangan BK di Indonesia semakin
mantap dengan berubahnya 1 PBI menjadi ABKIN (Asuransi Bimbingan dan
KonselingIndonesia) tapa tahun 2001.
C.
LANDASAN RELIGIUS
Dalam landasan religius BK
diperlukan penekanan pada 3 hal pokok:
1) Keyakinan
bahwa mnusia dan seluruh alam adalah mahluk tuhan
2)
Sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan kearah dan
sesuai dengan kaidah-kaidah agama
3)
Upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana
dan perangkat budaya serta kemasyarakatan yang sesuai dengan kaidah-kaidah
agama untuk membentuk perkembangan dan pemecahan masalah individu
Landasan Religius berkenaan dengan :
- Manusia sebagai Mahluk Tuhan
Manusia adalah mahluk Tuhan yang memiliki
sisi-sisi kemanusiaan. Sisi-sisi kemanusiaan tersebut tdiak boleh dibiarkan
agar tidak mengarah pada hal-hal negatif. Perlu adanya bimbingan yang akan
mengarahkan sisi-sisi kemanusiaan tersebut pada hal-hal positif.
- Sikap Keberagamaan
Agama yang menyeimbangkan antara
kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap keberagamaan. Sikap
keberagamaan tersebut pertama difokuskan pada agama itu sendiri, agama harus
dipandang sebagai pedoman penting dalam hidup, nilai-nilainya harus diresapi
dan diamalkan. Kedua, menyikapi peningkatan iptek sebagai upaya lanjut dari
penyeimbang kehidupan dunia dan akhirat.
- Peranan Agama
Pemanfaatan unsur-unsur agama
hendaknya dilakukan secara wajar, tidak dipaksakan dan tepat menempatkan klien
sebagai seorang yang bebas dan berhak mengambil keputusan sendiri sehingga
agama dapat berperan positif dalam konseling yang dilakukan agama sebagai
pedoman hidup ia memiliki fungsi :
- Memelihara fitrah
- Memelihara jiwa
- Memelihara akal
- Memelihara keturunan
D.
LANDASAN PSIKOLOGIS
Landasan prikologis dalam BK
memberikan pemahaman tentang tingkah laku individu yang menajadi sasaran
(klien). Hal ini sangat penting karena bidang garapan bimbingan dan konseling
adalah tingkah laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu diubah atau dikembangkan
untuk mengatasi masalah yang dihadapi
Untuk keperluan bimbingan dan
konseling sejumlah daerah kajian dalam bidang psikologi perlu dikuasai, yaitu
tentang:
- Motif dan motivasi
- Pembawaan dasar dan lingkungan
- Perkembangan individu
- Belajar, balikan dan penguatan
- Kepribadian
E.
LANDASAN SOSIAL BUDAYA
Kebudayaan akan bimbingan timbul
karena terdapat faktor yang menambah rumitnya keadaan masyarakat dimana
individu itu hidup. Faktor-faktor tersebut seperti perubahan kontelasi
keuangan, perkembagan pendidikan, dunia-dunia kerja, perkembangan komunikasi
dll (Jonh), Pietrofesa dkk, 1980; M. Surya & Rochman N, 1986; dan Rocman N,
1987)
- Individu sebagai Produk Lingkungan Sosial Budaya
MC Daniel memandang setiap anak,
sejak lahirnya harus memenuhi tidak hanya tuntutan biologisnya, tepapi juga
tuntutan budaya ditempat ia hidup, tuntutan Budaya itu menghendaki agar ia
mengembangkan tingkah lakunya sehingga sesuai dengan pola-pola yang dapat
diterima dalam budaya tersebut.
Tolbert memandang bahwa organisasi
sosial, lembaga keagamaan, kemasyarakatan, pribadi, dan keluarga, politik dan
masyarakat secara menyeluruh memberikan pengaruh yang kuat terhadap sikap,
kesempatan dan pola hidup warganya. Unsur-unsur budaya yang ditawarkan oleh
organisasi dan budaya lembaga-lembaga tersebut mempengaruhi apa yang dilakukan
dan dipikirkan oleh individu, tingkat pendidikan yang ingin dicapainya,
tujuan-tujuan dan jenis-jenis pekerjaan yang dipilihnya, rekreasinya dan
kelompok-kelompok yang dimasukinya.
Bimbingan konseling harus mempertimbangkan
aspek sosial budaya dalam pelayanannya agar menghasilkan pelayanan yang lebih
efektif.
- Bimbingan dan Konseling Antara Budaya
Menurut Pedersen, dkk ada 5 macam
sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi non verbal, stereotip,
kecenderungan menilai, dan kecemasan.
Perbedaan dalam latar belakang ras
atau etnik, kelas sosial ekonomi dan pola bahasa menimbulkan masalah dalam
hubungan konseling.
Beberapa Hipotesis yang dikemukakan
Pedersen dkk (1976) tentang berbagai aspek konseling budaya antara lain:
-
Makin besar kesamaan harapan tentang tujuan konseling antara budaya pada diri
konselor dan klien maka konseling akan berhasil
-
Makin besar kesamaan pemohonan tentang ketergantungan, komunikasi terbuka, maka
makin efektif konseling tersebut
-
Makin sederhana harapan yang diinginkan oleh klien maka makin berhasil
konseling tersebut
-
Makin bersifat personal, penuh suasana emosional suasana konseling antar budaya
makin memudahkan konselor memahami klien.
-
Keefektifan konseling antara budaya tergantung pada kesensitifan konselor
terhadap proses komunikasi
-
Keefektifan konseling akan meningkat jika ada latihan khusus serta pemahaman
terhadap permasalahan hidup yang sesuai dengan budaya tersebut.
-
Makin klien kurang memahami proses konseling makin perlu konselor /program
konseling antara budaya memberikan pengarahan tentang proses ketrampilan
berkomunikasi, pengambilan keputusan dan transfer.
F.
LANDASAN ILMIAH DAN TEKNOLOGIS
Pelayanan bimbingan dan konseling
merupakan kegiatan professional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang
menyangkut teori-teorinya, pelaksanaan kegiatannya, maupun
pengembangan-pengembangan layanan itu secara berkelanjutan.
1.
Keilmuan Bimbingan dan Konseling
Ilmu bimbingan dan konseling adalah
berbagai pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang tersusun secara logis
dan sistematik. Sebagai layaknya ilmu-ilmu yang lain, ilmu bimbingan dan
konseling mempunyai obyek kajiannya sendiri, metode pengalihan pengetahuan yang
menjadi ruang lingkupnya, dan sistematika pemaparannya.
Obyek kajian bimbingan dan konseling
ialah upaya bantuan yang diberikan kepada individu yang mangacu pada ke-4
fungsi pelayanan yakni fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan dan
pemeliharaan/ pengembangan. Dalam menjabarkan tentang bimbingan dan konseling
dapat digunakan berbagai cara/ metode, seperti pengamatan, wawancara, analisis
document (Riwayat hidup, laporan perkembangan), prosedur teks penelitian, buku
teks, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya mengenai obyek kajian bimbingan dan
konseling merupakan wujud dari keilmuan bimbingan dan konseling.
2.
Peran Ilmu Lain dan Teknologi dalam Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan
ilmu yang bersifat multireferensial, artinya ilmu dengan rujukan berbagai ilmu
yang lain. Misalnya ilmu statistik dan evaluasi memberikan pemahaman dan
tehnik-tehnik. Pengukuran dan evaluasi karakteristik individu; biologi
memberikan pemahaman tentang kehidupan kejasmanian individu. Hal itu sangat
penting bagi teori dan praktek bimbingan dan konseling.
3.
Pengembangan Bimbingan Konseling Melalui Penelitian
Pengembangan teori dan pendekatan
bimbingan dan konseling boleh jadi dapat dikembangkan melalui proses pemikiran
dan perenungan, namun pengembangan yang lebih lengkap dan teruji didalam
praktek adalah apabila pemikiran dan perenungan itu memperhatikan pula
hasil-hasil penelitian dilapangan. Melalui penelitian suatu teori dan praktek
bimbingan dan konseling menemukan pembuktian tentang ketepatan/ keefektifan
dilapangan. Layanan bimbingan dan konseling akan semakin berkembangan dan maju
jika dilakukan penelitian secara terus menerus terhadap berbagai aspek yang
berhubungan dengan BK.
G.
LANDASAN PEDAGOGIS
Pendidikan itu merupakan salah satu
lembaga sosial yang universal dan berfungsi sebagai sarana reproduksi sosial (
Budi Santoso, 1992)
- Pendidikan sebagai upaya pengembangan Individu: Bimbingan merupakan bentuk upaya pendidikan.
Pendidikan adalah upaya memanusiakan
manusia. Seorang bagi manusia hanya akan dapat menjadi manusia sesuai dengan
tuntutan budaya hanya melalui pendidikan. Tanpa pendidikan, bagi manusia yang
telah lahir itu tidak akan mampu memperkembangkan dimensi keindividualannya,
kesosialisasinya, kesosilaanya dan keberagamaanya.
Undang-Undang No. 2 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional menetapkan pengertian pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara.
- Pendidikan sebagai inti Proses Bimbingan Konseling.
Bimbingan dan konseling
mengembangkan proses belajar yang dijalani oleh klien-kliennya. Kesadaran ini
telah tampil sejak pengembangan gerakan Bimbingan dan Konseling secara meluas
di Amerika Serikat . pada tahun 1953, Gistod telah menegaskan Bahwa Bimbingan
dan Konseling adalah proses yang berorientasi pada belajar……, belajar untuk
memahami lebih jauh tentang diri sendiri, belajar untuk mengembangkan dan
merupakan secara efektif berbagai pemahaman.. (dalam Belkin, 1975). Lebih jauh,
Nugent (1981) mengemukakan bahwa dalam konseling klien mempelajari ketrampilan
dalam pengambilan keputusan. Pemecahan masalah, tingkah laku, tindakan, serta
sikap-sikap baru . Dengan belajar itulah klien memperoleh berbagai hal yang
baru bagi dirinya; dengan memperoleh hal-hal baru itulah klien berkembang.
- Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan Bimbingan tujuan dan konseling
Tujuan Bimbingan dan Konseling
disamping memperkuat tujuan-tujuan pendidikan, juga menunjang proses pendidikan
pada umumnya. Hal itu dapat dimengerti karena program-program bimbingan dan
konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya yang
menyangkut kawasan kematangan pendidikan karier, Kematangan personal dan
emosional, serta kematangan sosial, semuanya untuk peserta didik pada jenjang
pendidikan dasar (SD dan SLTP) dan pendidikan menengah (Borders dan Drury,
1992). Hasil-hasil bimbingan dan konseling pada kawasan itu menunjang
keberhasilan pendidikan pada umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar