Strategi
Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling
Strategi
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling terkait dengan empat komponen
program yaitu: (1) layanan dasar; (2) layanan responsif; (3)
perencanaan individual; dan (4) dukungan sistem.
1.
Strategi untuk Layanan Dasar Bimbingan
a.
Bimbingan Klasikal
Layanan dasar diperuntukkan bagi
semua siswa. Hal ini berarti bahwa dalam peluncuran program yang telah
dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para siswa
di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan layanan bimbingan kepada para
siswa. Kegiatan layanan dilaksanakan melalui pemberian layanan orientasi dan
informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa. Layanan
orientasi pada umumnya dilaksanakan pada awal pelajaran, yang diperuntukan bagi
para siswa baru, sehingga memiliki pengetahuan yang utuh tentang sekolah yang
dimasukinya. Kepada siswa diperkenalkan tentang berbagai hal yang terkait
dengan sekolah, seperti : kurikulum, personel (pimpinan, para guru, dan staf
administrasi), jadwal pelajaran, perpustakaan, laboratorium, tata-tertib
sekolah, jurusan (untuk SLTA), kegiatan ekstrakurikuler, dan fasilitas sekolah
lainnya. Sementara layanan informasi merupakan proses bantuan yang diberikan
kepada para siswa tentang berbagai aspek kehidupan yang dipandang penting bagi
mereka, baik melalui komunikasi langsung, maupun tidak langsung (melalui media
cetak maupun elektronik, seperti : buku, brosur, leaflet, majalah, dan
internet). Layanan informasi untuk bimbingan klasikal dapat mempergunakan jam
pengembangan diri. Agar semua siswa terlayani kegiatan bimbingan klasikal perlu
terjadwalkan secara pasti untuk semua kelas.
b.
Bimbingan Kelompok
Konselor memberikan layanan bimbingan kepada
siswa melalui kelompok-kelompok kecil (5 s.d. 10 orang). Bimbingan ini
ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat para siswa. Topik yang
didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini, adalah masalah yang bersifat umum (common
problem) dan tidak rahasia, seperti : cara-cara belajar yang efektif,
kiat-kiat menghadapi ujian, dan mengelola stress. Layanan bimbingan kelompok
ditujukan untuk mengembangkan keterampilan atau perilaku baru yang lebih
efektif dan produktif.
c.
Berkolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas
Program
bimbingan akan berjalan secara efektif apabila didukung oleh semua pihak, yang
dalam hal ini khususnya para guru mata pelajaran atau wali kelas. Konselor
berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi
tentang siswa (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya), membantu
memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat
dilakukan oleh guru mata pelajaran. Aspek-aspek itu di antaranya : (a) menciptakan
sekolah dengan iklim sosio-emosional kelas yang kondusif bagi belajar siswa;
(b) memahami karakteristik siswa yang unik dan beragam; (c) menandai siswa yang
diduga bermasalah; (d) membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui
program remedial teaching; (e) mereferal (mengalihtangankan) siswa yang
memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing; (f)
memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang
diminati siswa; (g) memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan,
sehingga dapat memberikan informasi yang luas kepada siswa tentang dunia kerja
(tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja);
(h) menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun
moral-spiritual (hal ini penting, karena guru merupakan “figur central” bagi
siswa); dan (i) memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata
pelajaran yang diberikannya secara efektif.
d.
Berkolaborasi (Kerjasama) dengan Orang Tua
Dalam
upaya meningkatkan kualitas peluncuran program bimbingan, konselor perlu
melakukan kerjasama dengan para orang tua siswa. Kerjasama ini penting agar
proses bimbingan terhadap siswa tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga
oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini memungkinkan terjadinya saling
memberikan informasi, pengertian, dan tukar pikiran antar konselor dan orang
tua dalam upaya mengembangkan potensi siswa atau memecahkan masalah yang
mungkin dihadapi siswa. Untuk melakukan kerjasama dengan orang tua ini, dapat
dilakukan beberapa upaya, seperti : (1) kepala sekolah atau komite sekolah
mengundang para orang tua untuk datang ke sekolah (minimal satu semester satu
kali), yang pelaksanaannnya dapat bersamaan dengan pembagian rapor, (2) sekolah
memberikan informasi kepada orang tua (melalui surat) tentang kemajuan belajar
atau masalah siswa, dan (3) orang tua diminta untuk melaporkan keadaan anaknya
di rumah ke sekolah, terutama menyangkut kegiatan belajar dan perilaku
sehari-harinya.
2.
Strategi untuk Layanan Responsif
a.
Konsultasi
Konselor
memberikan layanan konsultasi kepada guru, orang tua, atau pihak pimpinan
sekolah dalam rangka membangun kesamaan persepsi dalam memberikan bimbingan
kepada para siswa.
b.
Konseling Individual atau Kelompok
Pemberian
layanan konseling ini ditujukan untuk membantu para siswa yang mengalami
kesulitan, mengalami hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya.
Melalui konseling, siswa (klien) dibantu untuk mengidentifikasi masalah,
penyebab masalah, penemuan alternatif pemecahan masalah, dan pengambilan
keputusan secara lebih tepat. Konseling ini dapat dilakukan secara individual
maupun kelompok. Konseling kelompok dilaksanakan untuk membantu siswa
memecahkan masalahnya melalui kelompok. Dalam konseling kelompok ini,
masing-masing siswa mengemukakan masalah yang dialaminya, kemudian satu sama
lain saling memberikan masukan atau pendapat untuk memecahkan masalah tersebut.
c.
Referal (Rujukan atau Alih Tangan)
Apabila
konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah klien, maka
sebaiknya dia mereferal atau mengalihtangankan klien kepada pihak lain yang
lebih berwenang, seperti psikolog, psikiater, dokter, dan kepolisian. Klien
yang sebaiknya direferal adalah mereka yang memiliki masalah, seperti depresi,
tindak kejahatan (kriminalitas), kecanduan narkoba, dan penyakit kronis.
d.
Bimbingan Teman Sebaya (Peer Guidance/Peer Facilitation)
Bimbingan
teman sebaya ini adalah bimbingan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa yang
lainnya. Siswa yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau
pembinaan oleh konselor. Siswa yang menjadi pembimbing berfungsi sebagai mentor
atau tutor yang membantu siswa lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya,
baik akademik maupun non-akademik. Di samping itu dia juga berfungsi sebagai
mediator yang membantu konselor dengan cara memberikan informasi tentang
kondisi, perkembangan, atau masalah siswa yang perlu mendapat layanan bantuan
bimbingan atau konseling.
3.
Strategi untuk Layanan Perencanaan Individual
a.
Penilaian Individual atau Kelompok (Individual or small-group Appraisal)
Yang
dimaksud dengan penilaian ini adalah konselor bersama siswa menganalisis dan
menilai kemampuan, minat, keterampilan, dan prestasi belajar siswa. Dapat juga
dikatakan bahwa konselor membantu siswa menganalisis kekuatan dan kelemahan
dirinya, yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembangannya, atau
aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier. Melalui kegiatan penilaian
diri ini, siswa akan memiliki pemahaman, penerimaan, dan pengarahan dirinya
secara positif dan konstruktif.
b.
Individual or Small-Group Advicement
Tidak ada komentar:
Posting Komentar